aku ingin marah kepada Tuhan

Michael Febrianto
7 min readJul 6, 2021

Saya dibesarkan secara Kristen, dari sejak lahir saya sudah dibabtis dan menghabiskan masa muda saya melayani Tuhan Yesus di gereja. Saat ini saya sudah bekerja dan berkeluarga. Setiap bulan lebih dari 10% penghasilan saya berikan untuk orang yang membutuhkan. Saya bahkan memulai organisasi untuk membantu saudara yang sulit terutama di daerah Jawa Barat.

Perlindungan dan mujizat Tuhan Yesus nyata dan selalu menyertai kami sekeluarga. Pada tahun 2010 saya mengalami kecelakaan hebat di jalan tol. Tuhan mengirimkan Pendeta yang kebetulan lewat jam 2 pagi untuk membantu menyelamatkan calon istri saya ( yang sekarang sudah menjadi istri ). Anggota keluarga saya disembuhkan dari penyakit yang belum ada obatnya. Banyak mujizat lainnya yang saya tidak bisa ceritakan kali ini.

Saya merasa waktu, uang dan tenaga yang saya dan keluarga telah berikan kepada Tuhan telah dibayar lunas dengan mujizat dan perlindungan dari Tuhan. Saya merasa aman, saya merasa nyaman. Tuhan pasti menjawab segala doa kami.

2 Juli 2021, Ayah kami tercinta dipanggil pulang karena covid-19.

Kami keluarga berdoa dan memohon kepada Tuhan Yesus. Teman-teman dan jemaat dari gereja di Jakarta, Philadelphia dan Sydney dengan total orang yang berdoa dan memohon untuk kesembuhan Papa mungkin hampir 100 orang selama 2 minggu. Berdoa dengan menggunakan berbagai bahasa. Saya juga berpuasa untuk Papa. Saya berdoa mulai dari duduk, berlutut, menyembah, memohon, berteriak.

Dimana kesembuhan untuk Papa ? Dimana mujizat Tuhan untuk Papa ? Apa Tuhan Yesus kalah dengan covid-19 ? Apa Tuhan tidak bisa berikan mujizat lagi padahal sebelumnya bisa ?

Saya ingin marah kepada Tuhan Yesus.

Photo di atas diambil tanggal 13 Juni 2021. Saya dan istri sedang menghabiskan long weekend di Port Stephens, Australia. Pada waktu berlibur saya call Mama yang berada di Philadelphia, USA. Sambil memamerkan keindahan alam Australia saya ngobrol aja biasa. Lalu Mama berkata: “Ko, kamu tau ga Papa sakit ?”. Hampir setiap malam saya bicara dengan Papa, tapi beberapa bulan terakhir saya sering absen tidak video call Papa setiap hari.

Saya coba hubungi Papa tapi tidak bisa. Ada firasat Papa terkena covid-19 tapi karena istri juga saat itu kurang enak badan jadi saya fokus ke istri. Esok harinya 14 Juni 2021 saya coba hubungi Papa kembali dan Papa sepertinya hanya sakit biasa karena badannya tidak panas. Suhunya 36.4 katanya, jadi saya rasa bukan covid-19 dan kita takut juga minta Papa tes karena takut tertular di tempat tes.

Keesokan harinya 15 Juni 2021 saya hubungi Papa lagi dan Papa berkata kepalanya pusing dan sulit bangun. Kami keluarga sedikit panik dan meminta Papa untuk tes covid-19. Papa bilang nanti saja mungkin cuman masuk angin biasa. Singkat cerita tanggal 16 Juni 2021 Papa pergi tes covid lalu keluar tanggal 18 Juni 2021 dengan ct 20.89.

Kami meminta Papa untuk ke rumah sakit tapi Papa bertahan ingin isolasi mandiri. Kami sudah siapkan oksigen yang banyak di rumah tapi tidak ada oxymeter. Pada tanggal 19 Juni 2021 suhu badan Papa naik ke 38 dan itu kami ketauhi dari pegawai. Malam itu juga Papa dibawa ke Rumah Sakit Ukrida.

Tiba di rumah sakit Ukrida Papa langsung ditangani dengan cepat dan diperiksa oksigen Papa sisa 35%. Dokter panik dan langsung mengatakan Papa sebaiknya masuk ICU. Tetapi mujizat terjadi, saturasi oksigen Papa naik ke 95% dengan cepat. Papa terlihat segar dan kami sekeluarga bisa video call.

Dokter tetap menyarankan masuk ICU. Kami coba mencari ICU tetapi penuh di semua rumah sakit. Misalkan pun ada ICU kosong tetap kondisi Papa tidak cukup berbahaya sehingga pasien yang lebih berbahaya didahulukan. Kondisi Papa selama di IGD ( Instasi Gawat Darurat ) tidak stabil sehingga dibutuhkan obat yang bernama actemra.

Actemra adalah obat yang langka dan sulit diketemukan. Teman baik kami harus berjibaku mencari obat ini ke karawaci dan cibinong. Puji Tuhan obat dimasukan dan kondisi Papa membaik. Dokter berkata Papa tidak perlu masuk ICU sehingga dipindahkan ke ruang perawatan VIP Ukrida.

Papa masuk ke ruang perawatan 22 Juni 2021 dirawat oleh dokter dan suster yang berdedikasi tinggi. Setelah beberapa hari di ruang perawatan kondisi Papa tidak membaik malah cenderung memburuk. Dokter menyarankan 3 opsi untuk memperbaiki kondisi Papa. Opsi pertama dengan resiko paling kecil dan harga paling mahal yaitu IVIG, opsi kedua dengan resiko dan harga menengah dengan stem cell. Opsi ketiga dengan resiko besar dan harga paling murah yaitu perawatan plasma darah.

Kami memilih opsi paling aman walaupun harganya mahal. Obat IVIG dengan bentuk infus ini pun sulit dicari. Singkat cerita kami dapatkan dan Papa mulai perawatan. Selama perawatan kondisi Papa cukup baik. Kami bisa video call atau setidaknya telepon biasa setiap hari. Kami bahkan bisa doa bersama, saya membacakan beberapa ayat alkitab mengenai kesembuhan untuk Papa.

1 Juli 2021, dokter berkata Papa kritis mungkin tidak bisa melewati malam.

Tapi saya percaya Tuhan berikan mujizat. Semakin besar tantangan yang ada maka semakin besar Mujizat Tuhan.

Luar biasa mujizat terjadi Papa kembali normal dan oksigen dari 45% kembali ke 93%. Dokter optimis Papa bisa sembuh. 2 Juli 2021 pagi hari, setelah dokter melakukan pemeriksaan rutin dan ngobrol-ngobrol sebentar dengan Papa lalu dokter pergi dan mengabarkan kami hasilnya baik. Siang hari waktu dokter datang Papa terlihat tidur pulas jadi ditinggal sebentar. Sore hari Papa berpulang ke rumah Bapa dengan keadaan tertidur.

Sewaktu Papa pulang, saya di Sydney sedang makan malam sambil menonton acara TV. Saya sedang membayangkan akan bertemu Papa sebentar lagi karena saya sedang mempersiapkan diri untuk pulang ke Jakarta.

Mendengar Papa pulang saya menjerit, menangis sampai pembuluh air mata seperti pecah. Tidak pernah sebelumnya saya menangis sekuat itu. Saya kecewa, saya kecewa dengan Tuhan.

Papa sudah di surga tenang di rumah Bapa. Saya ingin kecewa dengan Tuhan. Kenapa Tuhan tidak berikan lagi kesempatan untuk saya nonton bioskop bareng Papa. Kesempatan untuk main catur, billard bahkan ski bareng Papa. Kenapa Tuhan ?

Beberapa hari ini saya merenungkan kejadian ini. Setelah saya berpikir cukup dalam sebenarnya Juli 2021 dimana Papa meninggal sudah Tuhan lihat dari jauh hari. Papa punya pilihan untuk pergi dari Indonesia tinggal bersama kami di Australia. Pilihan lain tinggal bersama adik saya di Amerika juga Mama sudah ada di sana.

Kami sudah berulang kali meminta Papa untuk menutup usaha dan terbang ke Australia atau ke Amerika. Papa bersikeras tidak mau karena memperhatikan karyawan yang takut tidak ada kerjaan karena sedang masa pandemi jika tempat usaha kami ditutup. Pada akhirnya Papa memilih berkorban untuk orang lain. Memberikan hidupnya bagi orang yang kurang beruntung.

Walaupun Papa bersikeras tetap tinggal di Indonesia pertolongan Tuhan pun nyata atas Papa. Perawatan dan obat-obat an yang terbaik mampu menopang Papa selama 2 minggu walaupun kondisi Jakarta dalam keadaan gawat darurat covid-19. Kami dapat berdoa dan membaca firman Tuhan bersama. Pada akhirnya Tuhan memilih Papa untuk pulang ke rumah Bapa.

Jika kita melihat kisah di Alkitab. Tuhan Yesus pun meminta Bapa untuk melalukan salib bagi Dia. Tuhan Bapa tidak mengabulkan. Rasul Paulus berdoa dan bahkan yakin dia akan keluar penjara pada akhirnya. Tuhan berkata lain, ia mati dipenggal dalam keadaan terpenjara.

Saya tidak layak marah dengan Tuhan. Karena Tuhan sudah begitu baik bagi keluarga kami. Puji Tuhan Mama ada di Amerika tidak bersama Papa di Indonesia. Puji Tuhan ada teman baik dan saudara kami yang membantu Papa walaupun kami jauh.

Tuhan berikan pilihan untuk Papa. Papa memilih untuk memberikan dirinya untuk orang lain yang kurang beruntung.

Bagi kami keluarga, kasih karuniaMu cukuplah bagiku ( 2 Kor 12:9 )

Sampai jumpa Papa. Kami akan melanjutkan apa yang baik Papa kerjakan di dunia ini untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus.

Kata-kata terakhir Papa ke saya : “Tunggu Papa sembuh ya Ko…”

Terima Kasih kepada Benny Tanadi. Engkau adalah penggenapan Amsal 18:24 dalam hidup keluarga kami. Melalui engkau kami melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Terima Kasih juga terutama kepada Ci Nike, Aqui apao, Elroy, Cek King Siong, Kimpo, seluruh karyawan Vesia Salon dan seluruh keluarga dan kerabat yang menjadi perpanjangan tangan kami membantu Papa.

Terima Kasih kepada semua yang mendoakan Papa: GBI Blacktown, Hurstville Church of Christ, GBI Campbelltown, Philadelphia Praise Centre, Echo Indonesia, Audee, Ci Ana dan Ko Budi. Semua yang mendoakan Papa yang tidak kita bisa sebutkan semuanya.

Tuhan Yesus Kristus membalas berlipat kali ganda kepada semuanya.

--

--

Michael Febrianto

Bible History buff, food vlogger and Software Engineer